Wednesday, December 31, 2014
Saturday, December 27, 2014
GERAKAN GEMAR MEMBACA: MEMBACA KRITIS DALAM MENULIS ILMIAH
GERAKAN GEMAR MEMBACA: MEMBACA KRITIS DALAM MENULIS ILMIAH: Membaca kritis sangat relevan dengan kehidupan kita sebagai pendidik harus selalu menambah wawasan dan mengambangkan ilmu sehingga aka...
Saturday, December 20, 2014
Sunday, December 7, 2014
NURIL ANWAR : Kylie Minogue & Jason Donovan - Especially For You...
FOR ONE'S WHO I LOVE. OKAY ? JUST FOR HER, OKA./?
NURIL ANWAR : Kylie Minogue & Jason Donovan - Especially For You...
NURIL ANWAR : Kylie Minogue & Jason Donovan - Especially For You...
Saturday, November 29, 2014
Guru Bahasa Indonesia : Jenis-jenis Teks Dan Hubungan antara Tujuan Mengg...
Guru Bahasa Indonesia : Jenis-jenis Teks Dan Hubungan antara Tujuan Mengg...: No/ TUJUAN MENGGUNAKAN BAHASA JENIS TEKS 1. Menceritakan (to tell) sebuah cerita/kisah sebagai cara memaknai peristiwa (eve...
Guru Bahasa Indonesia : Pendekata Halliday, Pembelajaran Bahasa Indonesia ...
Guru Bahasa Indonesia : Pendekata Halliday, Pembelajaran Bahasa Indonesia ...: Post ini Diolah dar:Strategi Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 (2), anangsum@gmail.com Mari Berpantun ! ž Ke SMK 4 naik sampan ž Susur...
Home
Home
Friday, November 7, 2014
PENGAWAS SEKOLAH KOTA MALANG: Jurus Tiass Dalam Pelaksanaan Tugas Kepengawasan S...
PENGAWAS SEKOLAH KOTA MALANG: Jurus Tiass Dalam Pelaksanaan Tugas Kepengawasan S...: Darmawan Ami, 2013. Pengalaman Terbaik (Best Practice) Yang Telah Dilaksanakan Dan Rencana Pengembangan Program Kepengawasan Sekolah...
Monday, October 27, 2014
Guru Bahasa Indonesia : Keberadaan Quipperschool Dalam Pembelajaran
Guru Bahasa Indonesia : Keberadaan Quipperschool Dalam Pembelajaran: Menghadapi abad ke-21, UNESCO melalui “The International Commission on Education for the Twenty First Century” merekomendasika...
Home
Home
Sunday, October 19, 2014
Guru Bahasa Indonesia : Video Tutorial Membuat Luma Key effect, created b...
Para siswa SMK kelas X yang ingin bedah struktur Teks Prosedur Kompleks dalam bentuk Video? Di sini tempatnya@http://gurubahasaindonesiasmkn10mlg.blogspot.com/2014/10/video-tutorial-membuat-luma-key-effect.html
Guru Bahasa Indonesia : Video Tutorial Membuat Luma Key effect, created b...
Guru Bahasa Indonesia : Video Tutorial Membuat Luma Key effect, created b...
Dengan Header Baru MGMP MAPEl Bahasa Indonesia Kota Malang, Tampak Lebih Manis
Dengan Header Baru MGMP MAPEl Bahasa Indonesia Kota Malang, Tampak Lebih Manis@https://www.facebook.com/gurubhsindonesia
Tuesday, September 30, 2014
AYO EKSIS DENGAN MENULIS....
Kabar gembira untuk kita semua.... kini ada hadiah untuk semua...."
(Bukan iklan mastin lho...)
Seluruh bapak/ ibu guru, khususnya pengampu mapel Bahasa Indonesia, dan peserta didik baik SMK Negeri maupun swasta Wilayah Kota Malang YANG BERMINAT & INGIN MEMILIKI KARYA UNTUK DIABADIKAN, untuk penilaian KUM (PNS) atau sekadar ajang penyaluran bakat dan ide-ide cemerlangnya seputar kaidah bahasa, sastra, dan budayaKarya yang dikirim bertema BEBAS (dapat diidentikkan dengan peristiwa faktual yang sedang update maupun fiktif, dengan panjang 850-900 kata, format TNR 12, spasi 1, dapat disertai foto penulis, bentuknya berupa file attachment:
- Cerita pendek
- Anekdot
- Puisi lama/ baru/ modern/ konkret/ kontemporer
- Lagu karya sendiri dengan chordnya
- TTS (Teka-teki silang) seputar kebahasaan dan kasusasteraan
- Opini (kebijakan pendidikan/ Fakta pembelajaran bahasa Indonesia/ metode/ kurikulum/ teori sastera/dsb)
- Biografi tokoh (sastrawan/ budayawan/dll) tingkat nasional/ internasional
- Cerita bergambar/ karikatur/ poster bahasa (tema terbaru)
- Esai sastra/ budaya/ pendidikan
- Kritik sastra/ budaya/ pendidikan
- Surat pembaca (pertanyaan seputar bahasa/ sastera)
- Ulasan/ Resensi (Cerpen, kumpulan puisi, film, lagu, dll)
- Sinopsis penelitian/ karya ilmiah (bentuk: kumpulan paragraf)
- Kegiatan/ prestasi peserta didik atau sekolah yang ingin dipublikasikan (disertai foto kegiatan)
silakan mengirim karya/ tulisannya ke email:
wiarwanti@gmail.com
karya tersebut akan diseleksi, dan dimuat di Tabloid BAHTRA (khusus Edisi Oktober 2014, ditunggu sampai dengan Senin, 6 Oktober 2014 Pukul 24.00, edisi bulan berikutnya menyusul)Ayo-ayo, segera bangkit & berdayakan jiwa penulis kita, generasi muda, dan anak bangsa....
Catatan: Tabloid Bahtra didedikasikan bagi pengembangan pendidikan, budaya, sastera, dan karakter anak bangsa, sehingga layak dikonsumsi oleh kalangan berbagai jenjang mulai SMP, SMA/ SMK/ MA/ MAK bahkan perguruan tinggi baik wilayah Kota Malang maupun luar Kota Malang.
Sunday, August 17, 2014
Saturday, May 31, 2014
Peningkatan Disiplin Berbahasa Indonesia
Sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 dan
sejak Indonesia Merdeka Tanggal 17 Agustus 1945, bahasa Indonesia telah
menjalankan fungsi sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara. Fungsi
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional adalah sebagai lambang identitas
bangsa, lambang kebanggaan bangsa, sebagai alat perhubungan, dan sebagai alat
pengembangan IPTEKS. Fungsi bahasa
Indonesia kedudukannya sebagai bahasa negara adalah sebagai bahasa kenegaraan,
sebagai bahasa pengantar di sekolah dari taman kanak-kanak sampai di Perguruan
Tinggi. Fungsi-fungsi bahasa Indonesia
tersebut pada umumnya telah terlaksana.
Sejak
Indonesia merdeka perkembangan bahasa Indonesia semakin pesat dimulai dengan
menjalankan fungsi-fungsinya sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara.
Kemudian, beberapa kali ejaan bahasa Indonesia diperbarui mulai dari Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi sampai dengan Ejaan yang Disempurnakan yang
dipakai sekarang. Adanya Kamus Umum Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Tata Bahasa Baku Ba hasa Indonesia, dan tahun 2008 diluncurkan Peta Bahasa di Indonesia
Penggunaan
bahasa Indonesia telah maksimal digunakan orang Indonesia mulai dari Sabang
sampai Merauke. Penggunaannya, tentu saja dipengaruhi oleh bahasa daerah sehingga terjadi keberagaman bahasa
Indonesia. Selain itu, tingkatan usia juga turut memengaruhi bahasa Indonesia.
Remaja
salah satu tingkatan usia pengguna bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang
digunakan oleh remaja di Indonesia disebut ragam gaul. Ragam gaul ini memiliki karakteristis
tersendiri, meskipun bahasa gaul ini adalah bahasa Indonesia yang dimodifikasi
sedemikian rupa. Remaja sangat senang (enjoy)
menggunakan bahasa gaul ini. Alasannya, untuk kerahasian komunikasi sesama
remaja agar orang lain tidak mengetahui pembicaraan mereka, untuk aksi-aksian
atau untuk gaya-gayaan. Mereka menganggap bahasa gaul lebih aksi dan gaya
dibandingkan dengan bila menggunakan bahasa Indonesia baku. Hebatnya, lagi
kamus ragam gaul sudah terbit sampai jilid ke-3. Sebagai contoh ragam gaul,
kata ibu diganti nyokap, kata
bapak diganti bokap, bro (teman dekat) coy (teman), lalo (lambat loading).
Penggunaan ragam gaul bagi remaja ini terbawa ketika mereka belajar di
sekolah yang seharusnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal
ini terlihat dari tugas-tugas mereka, percakapan mereka di kelas bahkan
berbicara dengan guru, ragam gaul
tersebut mereka pakai. Akibat adanya ragam gaul ini menjadikan remaja tidak
berdisiplin menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini terbawa ketika mereka
memasuki bangku kuliah di Perguruan Tinggi. Apabila kondisi ini dibiarkan maka
para remaja tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar terutama dalam kegiatan-kegiatan ilmiah.
Selain bahasa gaul, ada bahasa
daerah yang memengaruhi penggunaan bahasa Indonesia remaja Indonesia. Bahasa
daerah yang ada di Indonesia menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat
Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia memberitakan bahwa ada sekitar 600
bahasa daerah yang ada di Indonesia. Banyaknya bahasa daerah ini jelas
memengaruhi pengguna bahasa Indonesia. Akibatnya, pengguna bahasa Jawa akan
dipengaruhi bahasa Jawa ketika berbahasa Indonesia, pengguna bahasa Makassar
akan dipengaruhi bahasa Makassar ketika berbahasa Indonesia. Demikian pula pengguna
bahasa daerah-daerah yang ada di daerah-daerah lainnya akan terpengaruh dengan
bahasa setempat.
Teknologi modern seperti televisi, hand phone, internet juga sangat
mempengaruhi bahasa remaja. Televisi banyak menyiarkan berita dan peristiwa
dengan menggunakan istilah yang diambil dari bahasa asing. Demikian pula hand phone dan internet banyak
menggunakan istilah-istilah berbahasa Inggris, misalnya darling, enjoy, you, download, dan lain-lain.
Tak dapat dipungkiri bahwa bahasa
memiliki variasi-variasi. Gleason (dalam Cahyono, 1995:410) menyatakan bahwa
bahasa memiliki variasi. Kevariasian bahasa itu timbul sebagai akibat dari
kebutuhan penutur yang memilih bahasa yang digunakan agar sesuai dengan situasi
konteks sosialnya.
1.
Bahasa, Remaja, dan Komuniksi
Bahasa
sangat berperan dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia sejak
jaman dahulu kala untuk berhubungan sesamanya. Bahasa hadir sejak adanya
bangsa-bangsa, komunitas-komunitas masyarakat. Dengan demikian bahasa bahasa
menjalankan fungsinya sebagai sarana bagi manusia untuk berinteraksi.
Dalam
ilmu sosiolinguistik struktur masyarakat selalu bersifat hoterogen memengaruhi
struktur bahasa. Struktur masyarakat dipengaruhi berbagai faktor. Misalnya,
siapa yang beribicara, dengan siapa berbicara, kapan berbicara, dimana, dan
untuk apa (Wijana, 2005:5).
Bahasa
sebagai alat untuk menyatakan keberadaan diri untuk menyatakan apa yang
dipikirkan dan dirasakan. Ungkapan pikiran dan perasaan manusia dipengaruhi
oleh dua hal yaitu keadaan pikiran dan perasaan itu sendiri. Eskpresi bahasa
lisan dapat dilihat dari mimik, lagu dan intonasi, tekanan, dan lain-lain.
Ekspresi bahasa tulis dapat dilihat dengan diksi, pemakaian tanda baca, dan
gaya bahasa. Eskpresi diri dari pembicaraan seseorang memperlihatkan segala
keinginannya, latar belakang pendidikannya, sosial, ekonomi. Selain itu,
pemilihan kata dan ekspresi khusus dapat menandai identitas kelompok dalam
suatu masyarakat (Asri, 2009:27).
Bahasa
sebagai alat komunikasi mempunyai fungsi sosial dan fungsi kultural. Sebagai
fungsi sosial, bahasa sebagai alat perhubungan antaranggota masyarakat. Bahasa
juga berfungsi sebagai sarana pelestarian budaya. Budaya diturunkan dari
generasi ke generasi melalui bahasa.
Nababan
(1986:38) menyatakan bahwa bahasa bagian kebudayaan adalah bahasa. Kebudayaan
dikembangkan melalui bahasa. Hasil karya cipta para leluhur kita dapat
dinikmati sekarang karena adanya bahasa.
Dalam hal
berkomunikasi, bahasa digunakan berbagai kalangan. Salah satu di antaranya
adalah kalangan remaja. Berbagai pendapat tentang remaja. Dalam Kamus Pelajar
(2006:556), remaja diartikan 1.“muda” 2. Pemuda: penerus generasi di masa
depann.
Kata
remaja berasal daari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Pada masa
ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk
golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Oleh karena itu, masa
remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanan ke masa dewasa. Masa Remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Artinya, masa
remaja adalah masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa
ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun
cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Pengertian
remaja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah anak yang beranjak dewasa.
Kata remaja berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Usia remaja terbagi atas tiga tingkatan: pra remaja (11-14),
remaja (15-17 tahun) dan remaja lanjut (18-21). Pada usia remaja dalam
pergaulannya mudah mendapat pengaruh, baik pengaruh dari teman-temannya maupun
pengaruh lingkungan tempat mereka tumbuh dan berkembang.
Batas
usia remaja umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun
= masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun
= masa remaja akhir. Masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa
pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja
pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun.
Sumarsono
(2002: 150-153) berpendapat bahwa masa remaja ditinjau dari segi perkembangan
adalah masa yang paling menarik dan mengesankan. Masa remaja mempunyai ciri
antara lain petualahan, pengelompokkan (klik), “kenakalan”. Ciri ini tercermin
pula dalam penggunaan bahasa mereka. Keinginan membentuk kelompok ekslusif
menyebabkan mereka membentuk bahasa “rahasia” yang dapat dimengerti oleh kelompoknya
sendiri. Misalnya, kata yang diucapkan disisipi konsonan V sehingga mata
menjadi mavatava.
Remaja
menurut beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa mereka masih labil
dalam bertindak termasuk dalam berbahasa. Masa remaja masa mencoba-coba, segala
sesuatu yang ditangkap oleh pancaindra mereka pasti menanggapinya sehingga
hal-hal baru selalu terdorong untuk mencobanya. Demikian pula yang terjadi
ketika mereka berbicara sering merekayasa bahasa sehingga muncul bahasa yang
dalam pergaulan seperti, bahasa gaul, bahasa slang, dan bahasa prokem.
Bahasa
prokem merupakan bahasa gaul yang
digunakan para preman untuk tujuan rahasia, namun perkembangan selanjutnya
bahasa prokem menjadi bahasa gaul. Selain bahasa gaul prokem ada pula bahasa
slang. Bahasa slang menurut Kridalaksana (1982:156) disimpulkan sebagai ragam
bahasa tidak resmi yang dipakai oleh kaum remaja. Adapun menurut Alwasilah
(1986) menyatakan bahwa bahasa slang adalah
variasi ujaran yang bercirikan kosakata baru yang cepat berubah dipakai oleh
kaum muda.
Kosakata bahasa prokem diambil dari
berbagai kosakata yang tumbuh dan berkembang di sekitar remaja. Bentuk kata dan
maknanya beragam yang disesuaikan dengan daerah. Kehadiran bahasa ini dianggap
wajar karena sesuai dengan perkembangan usia remaja. Penggunaan bahasa prokem
ini terbatas di kalangan remaja sehingga bila mereka keluar dari komunitasnya
maka remaja akan berali ke bahasa lain. Namun, tidak dapat disangkal bahwa
ketika remaja beralih ke bahasa baku, maka bahasa prokemnya pun ikut.
Penggunaan
bahasa prokem bagi remaja adalah hal yang biasa karena sesuai dengan usia
remaja yang memang masih sangat labil (mudah berubah-ubah). Akan tetapi, jangan
sampai ketika para remaja berkomunikasi dalam situasi resmi bahasa ragam prokem
pun ikut dalam komunikasinya.
Penggunaan bahasa gaul, slang, dan
prokem bagi remaja akan berbeda-beda di setiap daerah yang ada di Indonesia.
Hal ini disebabkan pengaruh bahasa daerah yang setempat. Bahasa ragam gaul yang
ada di Jakarta akan berbeda dengan yang ada di daerah lainnya di Indonesia.
Remaja Jakarta akan menggunakan kata
bokap untuk bapak dan nyokap
untuk ibu kagak untuk tidak nongkrong untuk kata kumpul jadul
untuk jaman dulu telmi untuk
telat mikir gue untuk saya. Di
Makassar coddo untuk ikut
campur, jappa-jappa untuk
jalan-jalan.
Banyak kosakata bahasa daerah maupun
kosakata bahasa asing memengaruhi bahasa Indonesia remaja. Tentu saja ini
terjadi karena latar belakang remaja itu sendiri dari berbagai daerah. Demikian
pula bahasa asing turut memengaruhi penggunaan bahasa Indoensia remaja. Hal ini
tidak dipiungkiri dari kemajuan teknologi yang banyak menggunakan bahasa asing
terutama istilah yag digunakan pada telepon seluler, internet, dan komputer.
Kata pulsa, disket, flasdisk, compact
disk, hand phone, dll turut memengaruhi penggunaan bahasa Indoensia
remaja.
2. Upaya-upaya Mendisiplin Penggunaan Bahasa Para
Remaja
Bertolak dari GBHN dan TAP MPR No. 4
1988 memberikan arahan bahwa “Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia oerlu
terus ditingkatkan, serta penggunaannyasecara baik dan benar penuh kebanggaan
perlu makin dimasyarakatkan, sehingga menjadi wahana komunikasi sosial dan ilmu
pengetahuan yang mampu memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mendukung
pembangunan bangsa. Di samping itu, dalam rangka memperkaya bahasa dan
kesusastraan Indonesia perlu dirangsang karya-karya sastra ... (GBHN,
1988:100-101).
Untuk mendisiplinkan penggunaan
bahasa yang baik dan benar para remaja diperlukan bersikap positif terhadap
penggunaan bahasa Indonesia. Sikap positif tersebut berupa:
1) Selalu merasa bangga dengan
menggunakan bahasa baku.
2) Sikap bertanggung jawab atas
perkembangan bahasa Indonesia.
3) Sikap lebih suka menggunakan
kosakata bahasa Indonesia dibandingkan dengan menggunaka koskata bahasa asing.
4) Berdisiplin menggunakan bahasa
baku
Berbagai
upaya yang dapat dilakukan dalam mendisiplinkan penggunaan bahasa Indonesia
para remaja di antaranya adalah:
Upaya Di
Tngkat Lembaga/Sekolah
Sikap bangga, bertanggung jawab dan menumbuhkan rasa
menggunakan bahasa baku adalah sikap yang positif terhadap penggunaan bahasa
Indonesia. Sikap ini harus ditanamkan kepada anak semenjak dini. Sikap ini bisa
tertanam dalam jiwa anak apabila lingkungan mendukungnya seperti lingkungan
sekolah. Guru-guru di sekolah sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia baku
ketika berkomunikasi di sekolah. Demikian pula dalam acara-acara resmi baik di
lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah sebaiknya menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Situasi sekolah sangat memengaruhi kemampuan
berbahasa Indonesia yang baik dan benar bagi para remaja. Penataan kurikulum
dalam hal ini materi yang disajikan dan memberikan penekatan akan pentingnya
pelajaran bahasa Indonesia, guru yag mengajar haruslah yang bekompeten dalam
pelajaran bahasa Indonesia. Sebaiknya para guru sering diberikan pelatihan akan
menggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar agar materi yang didapatkan
dapat ditularkan kepada anak didiknya. Upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk
mendisiplinkan remaja sekolah untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar
adalah:
1. Menyelenggarakan Lomba Menulis Karya Ilmiah
Menyelenggarankan
berbagai lomba: lomba menulis karya ilmiah. Di Indonesia telah digalakkan
lombah karya tulis ilmiah. Kegiatan ini diselenggarakan mulai dari tingkat
sekolah, kota, dan provinsi. Namun, sayang sekali kegiatan yang baik ini tidak
diselenggarakan pada tingkat kabupaten, sehingga remaja-remaja kabupaten tidak
mengikuti kegiatan ini. Untuk kegiatan ini banyak sekolah di kota tidak
mengikutinya disebabkan pembina dan pembinaan kegiatan ini kurang.
2. Pengadaan Majalah Dinding
Kegiatan
lain sebaiknya diselenggarakan oleh sekolah adalah pelenggaraan majalah
dinding. Majalah dinding suatu kegiatan positif, karena majalah dinding tempat
remaja menyalurkan bakat menulisnya. Namun, kegiatan ini sebaiknya dipantau oleh guru dan wakil kepala sekolah yang membidangi
kesiswaan, agar materi yang ada di majalah dinding dapat membina kepribadian para remaja sekaligus
membina penggunaan bahasa baku mereka. Oleh karena itu, bahasa yang
digunakan di majalah dinding adalah
bahasa Indonesia baku. Pemantauan penggunaan bahasa di majalah dinding
dilakukan oleh guru bahasa Indonesia.
3. Pengadaan Area Penggunaan Bahasa Indonesia di
Sekolah
Hal yang
penting pula dillakukan oleh kepala sekolah adalah pengadaan area penggunaan
bahasa Indonesia di sekolah. Siswa yang memasuki area ini harus menggunakan
bahasa Indonesia baku. Apabila ada siswa
kedapatan melanggar ketentuan
tersebut boleh diberikan ganjaran pada
mereka. Ganjaran yang bisa diberikan dengan membuat karya tulis ilmiah atau
membayar denda yang ditentukan oleh
Osisnya.
4. Pelatihan Bahasa Indonesia bagi Guru-guru
Untuk
mendisiplinkan penggunaan bahasa Indonesia para remaja sekolah, maka
guru-gurunya terlebih dulu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Untuk itu, sebaiknya guru-guru diberi pelatihan penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Kepala sekolah
diharapkan sangat berperan aktif untuk menyelenggarakan pelatihan bahasa
Indonesia bagi guru-guru. Hal ini tidak mudah sebab terbentur oleh biaya.
5. Pengadaan Perpustakaan yang Ditunjang oleh
Pengadaan Buku-buku Berbahasa Indonesia
Perpustakaan
adalah gudang ilmu yang sangat dibutuhkan oleh siswa. Pentingnya perpustakaan
sekolah sebagai sarana penunjang dalam rangka pembinaan bahasa Indonesia. Hal
ini telah dianjurkan dalam kongres bahasa Indonesia dari tahun 1954 Kongres
Bahasa Indonesia II. Dsusul dengan Kongres Bahasa Indonesia III 1978 dalam satu
putusannya agar perpustakaan sekolah ditingkatkan. Oleh karena itu, sebuah
sekolah harus memilki perpustakaan.
Beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa situasi perpustakaan di sekolah-sekolah
masih belum menggembirakan. Hal ini disebabkan belum banyak buku yang ada di
perpustakaan.Pengadaan perpustakaan sekolah yang ditunjang buku-buku berbahasa
Indonesia akan memberikan pembinaan berbahasa Indonesia yang baik dan benar
para siswa.
Upaya Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa telah banyak melakukan kegiatan yang mengarah
pada pembinaan dan pengembangan bahasa, khususnya bahasa Indonesia. Menurut
Anton M. Moeliono (mantan kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) bahwa
tujuan akhir pembinaan pengembangan bahasa Indonesia adalah meningkatkan mutu
kemampuan bahasa Indonesia sebagai sarana komuikasi sebagaimana digariskan
dalam Garis Besar Haluan Negara. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
dilakukan:
1. Pembakuan ejaan, tata bahasa, dan
peristilahan.
2. Penyusunan Kamus Bahasa
Indonesia.
3. Penyusunan buku-buku berbahasa
Indonesia.
4. Penyuluhan bahasa Indonesia
melalui berbagai media antara lain melalui televisi dan radio.
5. Penerjemahan karya kebahasaan dan
buku acuan ke dalam bahasa Indonesia.
6. Pengembangan pusat informasi
kebahasaan melalui penelitian, dokumentasi, dan pembinaan jaringan informasi
kebahasaan.
7. Pengembangan tenaga, bakat,
prestasi di bidang bahasa melalui lomba mengarang, pelatihan, dll.
8. Penyelenggaraan bulan bahasa
setiap bulan Oktober.
9. Bekerja sama dengan pemrov,
pemerintah kota, DPR untuk membuat undang-undang penggunaan bahasa Indonesia
(Kongres Bahasa Indonesia V, 1992).
Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa telah menyusun berbagai kamus baik Kamus
Besar Bahasa Indonesia maupun kamus istilah dalam berbagai bidang ilmu.
Demikian pula penerjemahan dan penelitian bahasa telah banyak dihasilkan.
Informasi-informasi kebahasaan telah banyak dilakukan dengan memberikan layanan
kepada orang-orang yang membutuhkan tentang informasi bahasa Indonesia.
Kaitannya
dengan pendisiplinan remaja dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, maka sebaiknya buku-buku atau tulisan yang telah dihasilkan oleh Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa disebarkan ke seluruh sekolah yang ada di
Indonesia.
Upaya
Bagi Masyarakat Bahasa
Masyarakat mempunyai tanggung jawab dalam
mendisiplinkan remaja dalam menggunaan bahasa Indonesia. Masyarakat yang
dimaksudkan di sini adalah lembaga, perkumpulan, perseorangan turut membantu
meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia para remaja dengan jalan antara
lain:
1. Menyelenggarakan berbagai lomba,
seperti lomba menulis karya tulis ilmiah para remaja.
2. Menyelenggarakan berbagai
diskusi, seminar, kongres bahasa Indonesia.
3. Media massa menyajikan berita
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4. Penerbit memberikan penghargaan pada remaja
yang berprestasi dalam penulisan karya ilmiah remaja.
Penyelenggaraan berbagai lomba dan seminar serta
diskusi oleh kelompok masyarakat seperti lomba penulisan karya ilmiah dapat
mendorong remaja untuk menggunakan bahasa Indoensia yang baik dan benar. Media
masa dalam menyajikan beritanya sebainya menggunakan bahasa Indoensia yang baik
dan benar. Demikian pula penerbit setiap tahun menganugerahkan penghargaan
kepada remaja yang berprestasi dalam menulis.
Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan bagsa
Indonesia. Sebagai bahasa persatuan maka kita bangsa Indonesia harus bangga
menggunakannya. Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan sebagai
bahasa negara harus dijalankannya dengan
baik, tak terkecuali remaja. Remaja
sebagai pemuda penurus bangsa harus memiliki sikap positif terhadap penggunaan
bahasa. Meskipun ada bahasa gaul, bahasa daerah, dan bahasa asing yang
memengaruhi penggunaan bahasa mereka, namun penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar harus menjadi perioritas. Upaya-upaya untuk mendisiplinkan
penggunaan bahasa Indonesia remaja harus dilakukan secara bersama-sama sekolah,
pemerintah, dan masyarakat.
Guru Bahasa Indonesia : KAREKTERISTIK PEMBELAJARAN UNTUK MEMASUKI ABAD PE...
Guru Bahasa Indonesia : KAREKTERISTIK PEMBELAJARAN UNTUK MEMASUKI ABAD PE...: 1. Abad XX [yang baru berlalu] dapat disebut sebagai abad industrial, sedang Abad XXI [yang baru datang menjelang] dapat disebut s...
Komunikasi Sehat Pada Anak
Karena, setiap anak dilahirkan
dengan membawa potensi kelebihan dan kekurangan. Ia adalah sosok pribadi
mandiri dengan warna potensi khas dari mereka sendiri. Oleh sebab itu, dalam proses berkomunikasi
dengan anak harus memperhatikan prinsip, strategi dan hambatan dalam
berkomunikasi.
1.
Definisi
Komunikasi adalah kontak atau
hubungan atau penyampaian berita atau penerimaan berita yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih yang memungkinkan pesan atau berita itu bias diterima atau
dipahami. (Kamus penerbit Gita Media Press. Kenangan dari TIM PRIMA PENA).
Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal perawat-klien (anak)
merupakan proses belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional
klien. ( Stuart G. W. 1998). Secara umum komunikasi kesehatan merupakan upaya
sistematis yang secara positif mempengarui praktek-praktek kesehatan populasi
besar. Sasaran utama komunikasi kesehatan adalah melakukan perbaikan kesehatan
yang berkaitan dengan praktek dan pada gilirannya status kesehatan. Komunikasi
kesehatan yang efektif merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu.
Pendekatan komunikasi kesehatan
diturunkan dari disiplin ilmu meliputi pemasaran sosial, antropologi, analisis
perilaku, periklanan, komunikasi pendidikan, serta ilmu-ilmu sosial yang lain.
Hal ini saling melengkapi, saling tukar menukar prinsip dan tehnik umum satu
sama lain sehingga masing-masing memberikan sumbangan yang unik bagi metodelogi
komunikasi kesehatan.
2 . Prinsip-prinsip komunikasi pada
anak
Dalam komunikasi pada anak
membutuhkan pertimbangan khusus sehingga perawat dapat mengembangkan hubungan
kerja yang baik dengan anak maupun dengan keluarga. Perawat banyak menerima
informasi dari orang tua, karena kontak antara orang tua dengan antar umum
akrab, informasi yang diberikan orang tua dapat diasumsikan dan diandalkan
dengan baik.
Perawat memberikan perhatian periodik
kepada bayi dan anak ketika mereka bermain untuk membuat mereka berpartisipasi. Anak yang
lebih besar dapat secara aktif terlibat dalam komunikasi. Anak-anak umumnya
responsive terhadap pesan non verbal,gerakan yang tiba-tiba atau mengancam akan
membuat mereka takut. Perawat memasuki ruang dengan senyum yang lebar dan
gerakan tangane tertentu akan menghalangi terbentuknya hubungan. Perawat harus
tetap anggun dan tenang, membirkan anak terlebih dahulu bertindak dalam
hubungan interpersonal. Nada suara yang tenang, bersahabat dan yakin adalah
yang terbaik.
Anak tidak suka dipandangi. Ketika
berkomunikasi, perawat harus melakukan kontak mata. Anak kecil sering kali
merasa tidak dapat berbuat apa-apa terutama dalam situasi yang meliputi
interaksi dengan personal perawatan kesehatan(W haley dan Wong, 1995)
Ketika diperlukan penjelasan atau
petunjuk, perwat menggunakan bahasa yang langsung dan sederhana, harus jujur,
membohongi anak dengan mengatakan bahwa prosedut yang menyakitkan tidak
menyakitkan hanya akan membuat mereka marah. Untuk meminimalkan ketakutan dan
kecemasan perawat harus selalu dengan segera mengatakan pada mereka apa yang
akan terjadi. Menggambar dan bemain adalah cara yang efektif untuk
berkomunikasi dengan anak. Hal ini memberikan kesempatan bagi anak untuk
berkomunikasi secara non-verbal [membuat gambar] dan secara verbal [menjelaskan
gambar]. Perawat dapat menggunakan gambar tersebut sebagai dasar untuk
memulai komunikasi.
3. Strategi / tehnik komunikasi pada anak.
Tehnik berkomunikasi dengan anak
kecil sangat bervariasi, bergantung pada umur dari anak tersebut.
1)
bayi [0-1 tahun].
-bayi umumnya berkomunikasi hanya secara non verbal [mis. Menangis]
karena bayi tidak dapat menggunakan kata-kata.
-bayi merespon tingkahlaku non verbal pemberian perawatan.
Mereka akan tenang dengan kontak fisik yang dekat.
-bayi akan mendapatkan kenyamanan dari suara yang lembut
meskipun kata-katanya tidak dimengerti
-suara yng keras dan kasar akan membuat bayi ketakutan .
-bayi yang agak besar [6 bulan] menahgalami kecemasan
karena berpisah; karena itu orang tua harus mengawasi ketika bayi di gendong
oleh orang asing.
2)
toddler [1-3 tahun]
/anak-anaki pra sekolah [3-5 tahun].
-anak berkomunikasi secara verbal maupun non verbal.
-anak bersifat egosentris dan hanya memahami hal-hal yanug
berhubungan dengan dirinnya. Anak tidak dapat membedakan fantasi dan kenyataan.
-anak memahami anologi secara literal [mis. Anak harus di
izinkan untuk melakukan eksplorasi pada lingkungan].
-anak harus di izinkan menjelajahi lingkungan.
-anak memahami kalimat yang pemdek dan sederhana,
kata-kata yang dipahami dan penjelasan yang konkrit.
3)
anak usia sekolah
[5-12 tahun]
-anak mencapai alas an dan penjelasan atas segala sesuatu namun tidak membutuhkan
pengesahan.
-anak tertarik dalam aspek fungsional objek dan kegiatan
(apa yang akan terjadi, kenapa hal ini terjadi.
-anak memperhatikan intergritas tubuh.
-anak harus diijinkan untuk memanipulasi
perlengkapan(missal;memegang palu perkusi)
-anak memahami penjelasan sederhana dan
mendemonstrasikannya.
4)
Anak harus
diijinkan untuk mengekspresikan rasa takut dan keheranan.
4. Tehnik dan alat untuk meningkatkan
komunikasi.
1.papan komunikasi dengan kata -
kata, huruf/gambar yang menunjukan kebutuhan dasar (toilet, air)
2.kertas dan pensil untuk menunjukan
ekspresi dari kebutuhan / pikiran.
3.melibatkan keluarga dan teman dalam
pengiriman perawatan jiwa.
4.penggunaan sikap non verbal seperti
kedipan mata /gerakan jari untuk merespon.
5.menggunakan kata yang dapat
dipahami anak, menghindari terminology medis.
5. hambatan komunikasi pada anak.
Dalam berkomunikasi dengan anak
perawat akan menemui beberapa hambatan dalam proses komunikasi tersebut hal ini
meliputi:
1.keterbatasan dalam perkembangan
bahasa, konsep dan pengalaman.
2.keterbatasan dalam memahami konsep
abstrak.
3.kadangkala kurang atau tidak
tanggap dalam diajak bicara.
4.ucapan kata tidak jelas.
6. Proses Keperawatan
I.Pengkajian.
Hal yang dilakukan
adalah wawancara dan pengambilan riwayat (identitas anak), pemeriksaan fisik
(penggunaan saluran visual, auditari, dan taktil), observasi tingkah laku non
verbal, pengulangan catatan medis, literature, dan tes diagnostic. Dalam kasus
ini, perawat mengkaji kemampuan anak untuk berkomunikasi, meliputi observasi
suara, gaya, dan kosa kata yang digunakan. Kendala fisik menyebkan ketidak
mampuan untuk menemukan nama atau kata. Penyakit psikologis atau depresi dapat
mempengaruhi kemampuan untuk berkomunikasi. Dalam hal ini, perawat mengisolasi
penyebab psikologis masalah wicara dengan penyebab neurologist yang mungkin.
II.Diagnosa Keperawatan.
Keberhasilan perawat dalam
mengindetifikasi masalah komunikasi klien akan menjamin perumusan diagnosa
keperawatan yang akurat. Factor-faktor yang berhubungan dengan diagnosa harus
difokuskan pada penyebab kegagalan komunikasi sehingga intervensi yang tepat
dapat dipilih. Factor-faktor pendukung yang akurat juga harusdidefinisikan.
Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah sebaiknya perawat menganalisis
secara tertulis dari penemuan pengkajian, dan mendiskusikan kebutuhan perawatan
kesehatan dan prioritas dengan klien dan keluarga.
III.Intervensi.
Perawat merencanakan asuhan tertulis
mendiskripsikan dengan klien untuk menentukan metode implementasi, komunikasi
interpersonal yang memenuhi tujuan perawatan klien di bawah ini:
1.
mentransmisikan pesan yang jelas,
ringkas,dan dapat di pahami.
2. klien meningkatkan rasa percaya
kepada perawat sebagai pemberi
perawatan.
3. perawat dank lien memberi dan
menerima respon.
Setelah keberhasilan di tentukan
bersama, hasil yang di harapkan di polakan dan intervensispesifik di
rencanakan.
IV.Implementasi.
Perawat harus mencoba untuk mengembangkan
hubungan terabiotik yang membantu hal ini di harapkan, akan merasa nyaman dalam
melakukan interaksi meskipun terjadi perubahan selain itu yang harus di lakukan
adalah mendiskusikan dengan profesional kesehatan lainnya, pengajaran
kesehatan,penetapan dukungan terapeutik, kontak dengan sumber kesehatan
lainnya, mencTt perkembangan klien dalam rencana keperawatan dan catatan
perawat.
V.Evaluasi.
Komunikasi yang berhasil di evaluasi
melalui observasi perawat terhadap interaksi kx. Perawat mengevaluasi
intervensi keperawatan berdasarkan penetapan keberhasilan kx sebelumnya untuk
menentukan apakah strategi atau intervensi telah efektif dan apakah perubahan
kx di hasilkan karena intervensi. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam
mengevaluasi yaitu: kemahiran untuk memberikan respon verbal dan non verbal,
hasil tertulis tentang akibat yang di harapkan, memperbaharui rencana tertulis,
dan penjelasan revisi kepada anak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bawa Komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif
mempengaruhi praktek-praktek kesehatan. Pendekatan komunikasi kesehatan di
turunkan dari berbagai disiplin ilmu yang saling melengkapi, tukar menukar
prinsip dan tehnik umum satu sama lain sehingga masing-masing memberikan
sumbangan yang unik bagi metodelogi komunikasi kesehatan.
Dalam proses berkomunikasi dengan
anak sangat perlu memperhatikan prinsip-prinsip, strategi / tehnik, dan
hambatan – hambatan yang mungkin akan timbul / ada dalam komunikasi. Tehnik
komunikasi dengan anak sangatlah bervariasi, tergantung pada umur dari anak
tersebut. Pembagian rentang umur dapat dibedakan atas:1) Bayi, (0-1); 2) toddler (1-3); 3) anak-anak pra sekolah (3-5); 4) anak usia
sekolah (5-12)
Dengan berakhirnya tulisan ini
penulis mengharapkan agar pembaca dalam berkomunikasi dengan anak lebih efektif
karena telah mengetahui bagaimana prinsip dan strategi berkomunikasi dengan
anak, serta mengetahui hambatan yang akan ditemui [ada saat akan berkomunikasi
dengan anak.
Subscribe to:
Posts (Atom)