Saturday, May 31, 2014

Peningkatan Disiplin Berbahasa Indonesia


              Sejak dicetuskannya  Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 dan sejak Indonesia Merdeka Tanggal 17 Agustus 1945, bahasa Indonesia telah menjalankan fungsi sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara. Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional adalah sebagai lambang identitas bangsa, lambang kebanggaan bangsa, sebagai alat perhubungan, dan sebagai alat pengembangan IPTEKS.  Fungsi bahasa Indonesia kedudukannya sebagai bahasa negara adalah sebagai bahasa kenegaraan, sebagai bahasa pengantar di sekolah dari taman kanak-kanak sampai di Perguruan Tinggi. Fungsi-fungsi bahasa Indonesia  tersebut pada umumnya telah terlaksana.
                  Sejak Indonesia merdeka perkembangan bahasa Indonesia semakin pesat dimulai dengan menjalankan fungsi-fungsinya sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara. Kemudian, beberapa kali ejaan bahasa Indonesia diperbarui mulai dari Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi sampai dengan Ejaan yang Disempurnakan yang dipakai sekarang. Adanya Kamus Umum Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tata Bahasa Baku Ba hasa Indonesia, dan tahun 2008 diluncurkan  Peta Bahasa di Indonesia
Penggunaan bahasa Indonesia telah maksimal digunakan orang Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke. Penggunaannya, tentu saja dipengaruhi oleh bahasa daerah  sehingga terjadi keberagaman bahasa Indonesia. Selain itu, tingkatan usia juga turut memengaruhi bahasa Indonesia.
                Remaja salah satu tingkatan usia pengguna bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang digunakan oleh remaja di Indonesia disebut ragam gaul. Ragam gaul ini memiliki karakteristis tersendiri, meskipun bahasa gaul ini adalah bahasa Indonesia yang dimodifikasi sedemikian rupa. Remaja sangat senang (enjoy) menggunakan bahasa gaul ini. Alasannya, untuk kerahasian komunikasi sesama remaja agar orang lain tidak mengetahui pembicaraan mereka, untuk aksi-aksian atau untuk gaya-gayaan. Mereka menganggap bahasa gaul lebih aksi dan gaya dibandingkan dengan bila menggunakan bahasa Indonesia baku. Hebatnya, lagi kamus ragam gaul sudah terbit sampai jilid ke-3. Sebagai contoh ragam gaul, kata ibu diganti nyokap, kata bapak diganti bokap, bro (teman dekat) coy (teman), lalo (lambat loading).  Penggunaan ragam gaul bagi remaja ini terbawa ketika mereka belajar di sekolah yang seharusnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini terlihat dari tugas-tugas mereka, percakapan mereka di kelas bahkan berbicara dengan guru,  ragam gaul tersebut mereka pakai. Akibat adanya ragam gaul ini menjadikan remaja tidak berdisiplin menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini terbawa ketika mereka memasuki bangku kuliah di Perguruan Tinggi. Apabila kondisi ini dibiarkan maka para remaja tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar  terutama dalam kegiatan-kegiatan ilmiah.
            Selain bahasa gaul, ada bahasa daerah yang memengaruhi penggunaan bahasa Indonesia remaja Indonesia. Bahasa daerah yang ada di Indonesia menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia memberitakan bahwa ada sekitar 600 bahasa daerah yang ada di Indonesia. Banyaknya bahasa daerah ini jelas memengaruhi pengguna bahasa Indonesia. Akibatnya, pengguna bahasa Jawa akan dipengaruhi bahasa Jawa ketika berbahasa Indonesia, pengguna bahasa Makassar akan dipengaruhi bahasa Makassar ketika berbahasa Indonesia. Demikian pula pengguna bahasa daerah-daerah yang ada di daerah-daerah lainnya akan terpengaruh dengan bahasa setempat.
            Teknologi modern seperti televisi, hand phone, internet juga sangat mempengaruhi bahasa remaja. Televisi banyak menyiarkan berita dan peristiwa dengan menggunakan istilah yang diambil dari bahasa asing. Demikian pula hand phone dan internet banyak menggunakan istilah-istilah berbahasa Inggris, misalnya darling, enjoy, you, download, dan lain-lain.
            Tak dapat dipungkiri bahwa bahasa memiliki variasi-variasi. Gleason (dalam Cahyono, 1995:410) menyatakan bahwa bahasa memiliki variasi. Kevariasian bahasa itu timbul sebagai akibat dari kebutuhan penutur yang memilih bahasa yang digunakan agar sesuai dengan situasi konteks sosialnya.

1.     Bahasa, Remaja, dan Komuniksi
Bahasa sangat berperan dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia sejak jaman dahulu kala untuk berhubungan sesamanya. Bahasa hadir sejak adanya bangsa-bangsa, komunitas-komunitas masyarakat. Dengan demikian bahasa bahasa menjalankan fungsinya sebagai sarana bagi manusia untuk berinteraksi.
Dalam ilmu sosiolinguistik struktur masyarakat selalu bersifat hoterogen memengaruhi struktur bahasa. Struktur masyarakat dipengaruhi berbagai faktor. Misalnya, siapa yang beribicara, dengan siapa berbicara, kapan berbicara, dimana, dan untuk apa (Wijana, 2005:5).
Bahasa sebagai alat untuk menyatakan keberadaan diri untuk menyatakan apa yang dipikirkan dan dirasakan. Ungkapan pikiran dan perasaan manusia dipengaruhi oleh dua hal yaitu keadaan pikiran dan perasaan itu sendiri. Eskpresi bahasa lisan dapat dilihat dari mimik, lagu dan intonasi, tekanan, dan lain-lain. Ekspresi bahasa tulis dapat dilihat dengan diksi, pemakaian tanda baca, dan gaya bahasa. Eskpresi diri dari pembicaraan seseorang memperlihatkan segala keinginannya, latar belakang pendidikannya, sosial, ekonomi. Selain itu, pemilihan kata dan ekspresi khusus dapat menandai identitas kelompok dalam suatu masyarakat (Asri, 2009:27).
Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai fungsi sosial dan fungsi kultural. Sebagai fungsi sosial, bahasa sebagai alat perhubungan antaranggota masyarakat. Bahasa juga berfungsi sebagai sarana pelestarian budaya. Budaya diturunkan dari generasi ke generasi melalui bahasa.
Nababan (1986:38) menyatakan bahwa bahasa bagian kebudayaan adalah bahasa. Kebudayaan dikembangkan melalui bahasa. Hasil karya cipta para leluhur kita dapat dinikmati sekarang karena adanya bahasa.
               Dalam hal berkomunikasi, bahasa digunakan berbagai kalangan. Salah satu di antaranya adalah kalangan remaja. Berbagai pendapat tentang remaja. Dalam Kamus Pelajar (2006:556), remaja  diartikan  1.“muda” 2. Pemuda: penerus generasi di masa depann.
Kata remaja berasal daari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Oleh karena itu, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanan ke masa dewasa. Masa Remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Artinya, masa remaja adalah masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
                    Pengertian remaja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah anak yang beranjak dewasa. Kata remaja berarti tumbuh atau tumbuh menjadi  dewasa. Usia remaja terbagi atas tiga tingkatan: pra remaja (11-14), remaja (15-17 tahun) dan remaja lanjut (18-21). Pada usia remaja dalam pergaulannya mudah mendapat pengaruh, baik pengaruh dari teman-temannya maupun pengaruh lingkungan tempat mereka tumbuh dan berkembang.
Batas usia remaja umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.  Masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun.
Sumarsono (2002: 150-153) berpendapat bahwa masa remaja ditinjau dari segi perkembangan adalah masa yang paling menarik dan mengesankan. Masa remaja mempunyai ciri antara lain petualahan, pengelompokkan (klik), “kenakalan”. Ciri ini tercermin pula dalam penggunaan bahasa mereka. Keinginan membentuk kelompok ekslusif menyebabkan mereka membentuk bahasa “rahasia” yang dapat dimengerti oleh kelompoknya sendiri. Misalnya, kata yang diucapkan disisipi konsonan V sehingga mata menjadi mavatava.
Remaja menurut beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa mereka masih labil dalam bertindak termasuk dalam berbahasa. Masa remaja masa mencoba-coba, segala sesuatu yang ditangkap oleh pancaindra mereka pasti menanggapinya sehingga hal-hal baru selalu terdorong untuk mencobanya. Demikian pula yang terjadi ketika mereka berbicara sering merekayasa bahasa sehingga muncul bahasa yang dalam pergaulan seperti, bahasa gaul, bahasa slang, dan bahasa prokem.
                   Bahasa prokem  merupakan bahasa gaul yang digunakan para preman untuk tujuan rahasia, namun perkembangan selanjutnya bahasa prokem menjadi bahasa gaul. Selain bahasa gaul prokem ada pula bahasa slang. Bahasa slang menurut Kridalaksana (1982:156) disimpulkan sebagai ragam bahasa tidak resmi yang dipakai oleh kaum remaja. Adapun menurut Alwasilah (1986) menyatakan bahwa bahasa slang adalah  variasi ujaran yang bercirikan kosakata baru yang cepat berubah dipakai oleh kaum muda.
                  Kosakata bahasa prokem diambil dari berbagai kosakata yang tumbuh dan berkembang di sekitar remaja. Bentuk kata dan maknanya beragam yang disesuaikan dengan daerah. Kehadiran bahasa ini dianggap wajar karena sesuai dengan perkembangan usia remaja. Penggunaan bahasa prokem ini terbatas di kalangan remaja sehingga bila mereka keluar dari komunitasnya maka remaja akan berali ke bahasa lain. Namun, tidak dapat disangkal bahwa ketika remaja beralih ke bahasa baku, maka bahasa prokemnya pun ikut.
Penggunaan bahasa prokem bagi remaja adalah hal yang biasa karena sesuai dengan usia remaja yang memang masih sangat labil (mudah berubah-ubah). Akan tetapi, jangan sampai ketika para remaja berkomunikasi dalam situasi resmi bahasa ragam prokem pun ikut dalam komunikasinya.
            Penggunaan bahasa gaul, slang, dan prokem bagi remaja akan berbeda-beda di setiap daerah yang ada di Indonesia. Hal ini disebabkan pengaruh bahasa daerah yang setempat. Bahasa ragam gaul yang ada di Jakarta akan berbeda dengan yang ada di daerah lainnya di Indonesia. Remaja Jakarta akan menggunakan kata bokap untuk bapak dan nyokap untuk ibu kagak untuk tidak nongkrong untuk kata kumpul jadul untuk jaman dulu telmi untuk telat mikir gue untuk saya. Di Makassar coddo untuk ikut campur, jappa-jappa untuk jalan-jalan.
            Banyak kosakata bahasa daerah maupun kosakata bahasa asing memengaruhi bahasa Indonesia remaja. Tentu saja ini terjadi karena latar belakang remaja itu sendiri dari berbagai daerah. Demikian pula bahasa asing turut memengaruhi penggunaan bahasa Indoensia remaja. Hal ini tidak dipiungkiri dari kemajuan teknologi yang banyak menggunakan bahasa asing terutama istilah yag digunakan pada telepon seluler, internet, dan komputer. Kata pulsa, disket, flasdisk, compact disk, hand phone, dll turut memengaruhi penggunaan bahasa Indoensia remaja.

2.  Upaya-upaya Mendisiplin Penggunaan Bahasa Para Remaja
            Bertolak dari GBHN dan TAP MPR No. 4 1988 memberikan arahan bahwa “Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia oerlu terus ditingkatkan, serta penggunaannyasecara baik dan benar penuh kebanggaan perlu makin dimasyarakatkan, sehingga menjadi wahana komunikasi sosial dan ilmu pengetahuan yang mampu memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mendukung pembangunan bangsa. Di samping itu, dalam rangka memperkaya bahasa dan kesusastraan Indonesia perlu dirangsang karya-karya sastra ... (GBHN, 1988:100-101).
            Untuk mendisiplinkan penggunaan bahasa yang baik dan benar para remaja diperlukan bersikap positif terhadap penggunaan bahasa Indonesia. Sikap positif tersebut  berupa:
1)    Selalu merasa bangga dengan menggunakan bahasa baku.
2)    Sikap bertanggung jawab atas perkembangan bahasa Indonesia.
3)    Sikap lebih suka menggunakan kosakata bahasa Indonesia dibandingkan dengan menggunaka koskata bahasa asing.
4)    Berdisiplin menggunakan bahasa baku
Berbagai upaya yang dapat dilakukan dalam mendisiplinkan penggunaan bahasa Indonesia para remaja di antaranya adalah:

Upaya  Di Tngkat Lembaga/Sekolah
                  Sikap bangga, bertanggung jawab dan menumbuhkan rasa menggunakan bahasa baku adalah sikap yang positif terhadap penggunaan bahasa Indonesia. Sikap ini harus ditanamkan kepada anak semenjak dini. Sikap ini bisa tertanam dalam jiwa anak apabila lingkungan mendukungnya seperti lingkungan sekolah. Guru-guru di sekolah sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia baku ketika berkomunikasi di sekolah. Demikian pula dalam acara-acara resmi baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
                  Situasi sekolah sangat memengaruhi kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar bagi para remaja. Penataan kurikulum dalam hal ini materi yang disajikan dan memberikan penekatan akan pentingnya pelajaran bahasa Indonesia, guru yag mengajar haruslah yang bekompeten dalam pelajaran bahasa Indonesia. Sebaiknya para guru sering diberikan pelatihan akan menggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar agar materi yang didapatkan dapat ditularkan kepada anak didiknya. Upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk mendisiplinkan remaja sekolah untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar adalah:

1.     Menyelenggarakan Lomba Menulis Karya Ilmiah
Menyelenggarankan berbagai lomba: lomba menulis karya ilmiah. Di Indonesia telah digalakkan lombah karya tulis ilmiah. Kegiatan ini diselenggarakan mulai dari tingkat sekolah, kota, dan provinsi. Namun, sayang sekali kegiatan yang baik ini tidak diselenggarakan pada tingkat kabupaten, sehingga remaja-remaja kabupaten tidak mengikuti kegiatan ini. Untuk kegiatan ini banyak sekolah di kota tidak mengikutinya disebabkan pembina dan pembinaan kegiatan ini kurang. 
2.     Pengadaan Majalah Dinding
Kegiatan lain sebaiknya diselenggarakan oleh sekolah adalah pelenggaraan majalah dinding. Majalah dinding suatu kegiatan positif, karena majalah dinding tempat remaja menyalurkan bakat menulisnya. Namun, kegiatan ini  sebaiknya dipantau oleh guru dan  wakil kepala sekolah yang membidangi kesiswaan, agar materi yang ada di majalah dinding dapat  membina kepribadian para remaja sekaligus membina penggunaan bahasa baku mereka. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan  di majalah dinding adalah bahasa Indonesia baku. Pemantauan penggunaan bahasa di majalah dinding dilakukan oleh guru bahasa Indonesia.
3.     Pengadaan Area Penggunaan Bahasa Indonesia di Sekolah
Hal yang penting pula dillakukan oleh kepala sekolah adalah pengadaan area penggunaan bahasa Indonesia di sekolah. Siswa yang memasuki area ini harus menggunakan bahasa Indonesia baku.  Apabila ada siswa kedapatan  melanggar ketentuan tersebut  boleh diberikan ganjaran pada mereka. Ganjaran yang bisa diberikan dengan membuat karya tulis ilmiah atau membayar  denda yang ditentukan oleh Osisnya.
4.     Pelatihan Bahasa Indonesia bagi Guru-guru
Untuk mendisiplinkan penggunaan bahasa Indonesia para remaja sekolah, maka guru-gurunya terlebih dulu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Untuk itu, sebaiknya guru-guru diberi pelatihan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.  Kepala sekolah diharapkan sangat berperan aktif untuk menyelenggarakan pelatihan bahasa Indonesia bagi guru-guru. Hal ini tidak mudah sebab terbentur oleh biaya.
5.     Pengadaan Perpustakaan yang Ditunjang oleh Pengadaan Buku-buku Berbahasa Indonesia
Perpustakaan adalah gudang ilmu yang sangat dibutuhkan oleh siswa. Pentingnya perpustakaan sekolah sebagai sarana penunjang dalam rangka pembinaan bahasa Indonesia. Hal ini telah dianjurkan dalam kongres bahasa Indonesia dari tahun 1954 Kongres Bahasa Indonesia II. Dsusul dengan Kongres Bahasa Indonesia III 1978 dalam satu putusannya agar perpustakaan sekolah ditingkatkan. Oleh karena itu, sebuah sekolah harus memilki perpustakaan.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa situasi perpustakaan di sekolah-sekolah masih belum menggembirakan. Hal ini disebabkan belum banyak buku yang ada di perpustakaan.Pengadaan perpustakaan sekolah yang ditunjang buku-buku berbahasa Indonesia akan memberikan pembinaan berbahasa Indonesia yang baik dan benar para siswa.

Upaya Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa 
                 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa  telah banyak melakukan kegiatan yang mengarah pada pembinaan dan pengembangan bahasa, khususnya bahasa Indonesia. Menurut Anton M. Moeliono (mantan kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) bahwa tujuan akhir pembinaan pengembangan bahasa Indonesia adalah meningkatkan mutu kemampuan bahasa Indonesia sebagai sarana komuikasi sebagaimana digariskan dalam Garis Besar Haluan Negara. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan:
1.    Pembakuan ejaan, tata bahasa, dan peristilahan.
2.    Penyusunan Kamus Bahasa Indonesia.
3.    Penyusunan buku-buku berbahasa Indonesia.
4.    Penyuluhan bahasa Indonesia melalui berbagai media antara lain melalui televisi dan radio.
5.    Penerjemahan karya kebahasaan dan buku acuan ke dalam   bahasa Indonesia.
6.    Pengembangan pusat informasi kebahasaan melalui penelitian, dokumentasi, dan pembinaan jaringan informasi kebahasaan.
7.    Pengembangan tenaga, bakat, prestasi di bidang bahasa melalui lomba mengarang, pelatihan, dll.
8.    Penyelenggaraan bulan bahasa setiap bulan Oktober.
9.    Bekerja sama dengan pemrov, pemerintah kota, DPR untuk membuat undang-undang penggunaan bahasa Indonesia (Kongres Bahasa Indonesia V, 1992).
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa telah menyusun berbagai kamus baik Kamus Besar Bahasa Indonesia maupun kamus istilah dalam berbagai bidang ilmu. Demikian pula penerjemahan dan penelitian bahasa telah banyak dihasilkan. Informasi-informasi kebahasaan telah banyak dilakukan dengan memberikan layanan kepada orang-orang yang membutuhkan tentang informasi bahasa Indonesia.
Kaitannya dengan pendisiplinan remaja dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka sebaiknya buku-buku atau tulisan yang telah dihasilkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa disebarkan ke seluruh sekolah yang ada di Indonesia.  

 Upaya Bagi Masyarakat Bahasa
                    Masyarakat mempunyai tanggung jawab dalam mendisiplinkan remaja dalam menggunaan bahasa Indonesia. Masyarakat yang dimaksudkan di sini adalah lembaga, perkumpulan, perseorangan turut membantu meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia para remaja dengan jalan antara lain:
1.    Menyelenggarakan berbagai lomba, seperti lomba menulis karya tulis ilmiah para remaja.
2.    Menyelenggarakan berbagai diskusi, seminar, kongres bahasa Indonesia.
3.    Media massa menyajikan berita dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4.     Penerbit memberikan penghargaan pada remaja yang berprestasi dalam penulisan karya ilmiah remaja.
                   Penyelenggaraan berbagai lomba dan seminar serta diskusi oleh kelompok masyarakat seperti lomba penulisan karya ilmiah dapat mendorong remaja untuk menggunakan bahasa Indoensia yang baik dan benar. Media masa dalam menyajikan beritanya sebainya menggunakan bahasa Indoensia yang baik dan benar. Demikian pula penerbit setiap tahun menganugerahkan penghargaan kepada remaja yang berprestasi dalam menulis.
                           Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan bagsa Indonesia. Sebagai bahasa persatuan maka kita bangsa Indonesia harus bangga menggunakannya. Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa  negara harus dijalankannya dengan baik, tak  terkecuali remaja. Remaja sebagai pemuda penurus bangsa harus memiliki sikap positif terhadap penggunaan bahasa. Meskipun ada bahasa gaul, bahasa daerah, dan bahasa asing yang memengaruhi penggunaan bahasa mereka, namun penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar harus menjadi perioritas. Upaya-upaya untuk mendisiplinkan penggunaan bahasa Indonesia remaja harus dilakukan secara bersama-sama sekolah, pemerintah, dan masyarakat.

Guru Bahasa Indonesia : KAREKTERISTIK PEMBELAJARAN UNTUK MEMASUKI ABAD PE...

Guru Bahasa Indonesia : KAREKTERISTIK PEMBELAJARAN UNTUK MEMASUKI ABAD PE...: 1.     Abad XX [yang baru berlalu] dapat disebut sebagai abad industrial, sedang Abad XXI [yang baru datang menjelang] dapat disebut s...

Komunikasi Sehat Pada Anak

               Karena, setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi kelebihan dan kekurangan. Ia adalah sosok pribadi mandiri dengan warna potensi khas dari mereka sendiri.  Oleh sebab itu, dalam proses berkomunikasi dengan anak harus memperhatikan prinsip, strategi dan hambatan dalam berkomunikasi.
1.  Definisi
Komunikasi adalah kontak atau hubungan atau penyampaian berita atau penerimaan berita yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memungkinkan pesan atau berita itu bias diterima atau dipahami. (Kamus penerbit Gita Media Press. Kenangan dari TIM PRIMA PENA). Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal perawat-klien (anak) merupakan proses belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. ( Stuart G. W. 1998). Secara umum komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif mempengarui praktek-praktek kesehatan populasi besar. Sasaran utama komunikasi kesehatan adalah melakukan perbaikan kesehatan yang berkaitan dengan praktek dan pada gilirannya status kesehatan. Komunikasi kesehatan yang efektif merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu.
Pendekatan komunikasi kesehatan diturunkan dari disiplin ilmu meliputi pemasaran sosial, antropologi, analisis perilaku, periklanan, komunikasi pendidikan, serta ilmu-ilmu sosial yang lain. Hal ini saling melengkapi, saling tukar menukar prinsip dan tehnik umum satu sama lain sehingga masing-masing memberikan sumbangan yang unik bagi metodelogi komunikasi kesehatan.

2 . Prinsip-prinsip komunikasi pada anak
Dalam komunikasi pada anak membutuhkan pertimbangan khusus sehingga perawat dapat mengembangkan hubungan kerja yang baik dengan anak maupun dengan keluarga. Perawat banyak menerima informasi dari orang tua, karena kontak antara orang tua dengan antar umum akrab, informasi yang diberikan orang tua dapat diasumsikan dan diandalkan dengan baik.
Perawat memberikan perhatian periodik kepada bayi dan anak ketika mereka bermain untuk  membuat mereka berpartisipasi. Anak yang lebih besar dapat secara aktif terlibat dalam komunikasi. Anak-anak umumnya responsive terhadap pesan non verbal,gerakan yang tiba-tiba atau mengancam akan membuat mereka takut. Perawat memasuki ruang dengan senyum yang lebar dan gerakan tangane tertentu akan menghalangi terbentuknya hubungan. Perawat harus tetap anggun dan tenang, membirkan anak terlebih dahulu bertindak dalam hubungan interpersonal. Nada suara yang tenang, bersahabat dan yakin adalah yang terbaik.
Anak tidak suka dipandangi. Ketika berkomunikasi, perawat harus melakukan kontak mata. Anak kecil sering kali merasa tidak dapat berbuat apa-apa terutama dalam situasi yang meliputi interaksi dengan personal perawatan kesehatan(W haley dan Wong, 1995)
Ketika diperlukan penjelasan atau petunjuk, perwat menggunakan bahasa yang langsung dan sederhana, harus jujur, membohongi anak dengan mengatakan bahwa prosedut yang menyakitkan tidak menyakitkan hanya akan membuat mereka marah. Untuk meminimalkan ketakutan dan kecemasan perawat harus selalu dengan segera mengatakan pada mereka apa yang akan terjadi. Menggambar dan bemain adalah cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan anak. Hal ini memberikan kesempatan bagi anak untuk berkomunikasi secara non-verbal [membuat gambar] dan secara verbal [menjelaskan gambar]. Perawat dapat menggunakan gambar tersebut sebagai dasar untuk memulai    komunikasi.

3.  Strategi / tehnik komunikasi pada anak.
Tehnik berkomunikasi dengan anak kecil sangat bervariasi, bergantung pada umur dari anak tersebut.
1)   bayi [0-1 tahun].
-bayi umumnya berkomunikasi  hanya secara non verbal [mis. Menangis] karena bayi tidak dapat menggunakan kata-kata.
-bayi merespon tingkahlaku non verbal pemberian perawatan. Mereka akan tenang dengan kontak fisik yang dekat.
-bayi akan mendapatkan kenyamanan dari suara yang lembut meskipun kata-katanya tidak dimengerti
-suara yng keras dan kasar akan membuat bayi ketakutan .
-bayi yang agak besar [6 bulan] menahgalami kecemasan karena berpisah; karena itu orang tua harus mengawasi ketika bayi di gendong oleh orang asing.
2)   toddler [1-3 tahun] /anak-anaki pra sekolah [3-5 tahun].
-anak berkomunikasi secara verbal maupun non verbal.
-anak bersifat egosentris dan hanya memahami hal-hal yanug berhubungan dengan dirinnya. Anak tidak dapat membedakan fantasi dan kenyataan.
-anak memahami anologi secara literal [mis. Anak harus di izinkan untuk melakukan eksplorasi pada lingkungan].
-anak harus di izinkan menjelajahi lingkungan.
-anak memahami kalimat yang pemdek dan sederhana, kata-kata yang dipahami dan penjelasan yang konkrit.

3)   anak usia sekolah [5-12 tahun]
-anak mencapai alas an dan penjelasan  atas segala sesuatu namun tidak membutuhkan pengesahan.
-anak tertarik dalam aspek fungsional objek dan kegiatan (apa yang akan terjadi, kenapa hal ini terjadi.
-anak memperhatikan intergritas tubuh.
-anak harus diijinkan untuk memanipulasi perlengkapan(missal;memegang palu perkusi)
-anak memahami penjelasan sederhana dan mendemonstrasikannya.
4)  Anak harus diijinkan untuk mengekspresikan rasa takut dan keheranan.

4. Tehnik dan alat untuk meningkatkan komunikasi.
1.papan komunikasi dengan kata - kata, huruf/gambar yang menunjukan kebutuhan dasar (toilet, air)
2.kertas dan pensil untuk menunjukan ekspresi dari kebutuhan / pikiran.
3.melibatkan keluarga dan teman dalam pengiriman perawatan jiwa.
4.penggunaan sikap non verbal seperti kedipan mata /gerakan jari untuk merespon.
5.menggunakan kata yang dapat dipahami anak, menghindari terminology medis.

5. hambatan komunikasi pada anak.
Dalam berkomunikasi dengan anak perawat akan menemui beberapa hambatan dalam proses komunikasi tersebut hal ini meliputi:
1.keterbatasan dalam perkembangan bahasa, konsep dan pengalaman.
2.keterbatasan dalam memahami konsep abstrak.
3.kadangkala kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara.
4.ucapan kata tidak jelas.

6. Proses Keperawatan
I.Pengkajian.
Hal yang dilakukan adalah wawancara dan pengambilan riwayat (identitas anak), pemeriksaan fisik (penggunaan saluran visual, auditari, dan taktil), observasi tingkah laku non verbal, pengulangan catatan medis, literature, dan tes diagnostic. Dalam kasus ini, perawat mengkaji kemampuan anak untuk berkomunikasi, meliputi observasi suara, gaya, dan kosa kata yang digunakan. Kendala fisik menyebkan ketidak mampuan untuk menemukan nama atau kata. Penyakit psikologis atau depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk berkomunikasi. Dalam hal ini, perawat mengisolasi penyebab psikologis masalah wicara dengan penyebab neurologist yang mungkin.
II.Diagnosa Keperawatan.
Keberhasilan perawat dalam mengindetifikasi masalah komunikasi klien akan menjamin perumusan diagnosa keperawatan yang akurat. Factor-faktor yang berhubungan dengan diagnosa harus difokuskan pada penyebab kegagalan komunikasi sehingga intervensi yang tepat dapat dipilih. Factor-faktor pendukung yang akurat juga harusdidefinisikan. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah sebaiknya perawat menganalisis secara tertulis dari penemuan pengkajian, dan mendiskusikan kebutuhan perawatan kesehatan dan prioritas dengan klien dan keluarga.

III.Intervensi.
       Perawat merencanakan asuhan tertulis mendiskripsikan dengan klien untuk menentukan metode implementasi, komunikasi interpersonal yang memenuhi tujuan perawatan klien di bawah ini:
1.    mentransmisikan pesan yang jelas, ringkas,dan dapat di pahami.
2. klien meningkatkan rasa percaya kepada perawat sebagai pemberi  perawatan.
3. perawat dank lien memberi dan menerima respon.
Setelah keberhasilan di tentukan bersama, hasil yang di harapkan di polakan dan intervensispesifik di rencanakan.

IV.Implementasi.
            Perawat harus mencoba untuk mengembangkan hubungan terabiotik yang membantu hal ini di harapkan, akan merasa nyaman dalam melakukan interaksi meskipun terjadi perubahan selain itu yang harus di lakukan adalah mendiskusikan dengan profesional kesehatan lainnya, pengajaran kesehatan,penetapan dukungan terapeutik, kontak dengan sumber kesehatan lainnya, mencTt perkembangan klien dalam rencana keperawatan dan catatan perawat.

V.Evaluasi.
              Komunikasi yang berhasil di evaluasi melalui observasi perawat terhadap interaksi kx. Perawat mengevaluasi intervensi keperawatan berdasarkan penetapan keberhasilan kx sebelumnya untuk menentukan apakah strategi atau intervensi telah efektif dan apakah perubahan kx di hasilkan karena intervensi. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam mengevaluasi yaitu: kemahiran untuk memberikan respon verbal dan non verbal, hasil tertulis tentang akibat yang di harapkan, memperbaharui rencana tertulis, dan penjelasan revisi kepada anak.
             Dari uraian di atas dapat disimpulkan bawa Komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif mempengaruhi praktek-praktek kesehatan. Pendekatan komunikasi kesehatan di turunkan dari berbagai disiplin ilmu yang saling melengkapi, tukar menukar prinsip dan tehnik umum satu sama lain sehingga masing-masing memberikan sumbangan yang unik bagi metodelogi komunikasi kesehatan.
             Dalam proses berkomunikasi dengan anak sangat perlu memperhatikan prinsip-prinsip, strategi / tehnik, dan hambatan – hambatan yang mungkin akan timbul / ada dalam komunikasi. Tehnik komunikasi dengan anak sangatlah bervariasi, tergantung pada umur dari anak tersebut. Pembagian rentang umur dapat dibedakan atas:1) Bayi, (0-1);  2) toddler (1-3);  3) anak-anak pra sekolah (3-5); 4) anak usia sekolah (5-12)
              Dengan berakhirnya tulisan ini penulis mengharapkan agar pembaca dalam berkomunikasi dengan anak lebih efektif karena telah mengetahui bagaimana prinsip dan strategi berkomunikasi dengan anak, serta mengetahui hambatan yang akan ditemui [ada saat akan berkomunikasi dengan anak.

Guru Bahasa Indonesia : Karakteristik Dan Penerapan Bernegosiasi

Guru Bahasa Indonesia : Karakteristik Dan Penerapan Bernegosiasi:             Negosiasi atau perundingan merupakan suatu proses tawar-menawar antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Dalam perun...

Guru Bahasa Indonesia : RUBRIK PENILAIAN KOMUNIKASI TULIS MATA PELAJARAN ...

Guru Bahasa Indonesia : RUBRIK PENILAIAN KOMUNIKASI TULIS MATA PELAJARAN ...: RUBRIK PENILAIAN KOMUNIKASI TULIS MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Nama : Semester.tagl . : Kelas : Kompetensi   Dasar : ...

Guru Bahasa Indonesia : Portofolio harus menceritakan sebuah cerita , dan ...

Guru Bahasa Indonesia : Portofolio harus menceritakan sebuah cerita , dan ...: Mengapa berbagi portofolio ? Dengan sifat tujuan portofolio  - menunjukkan pertumbuhan , untuk menampilkan keunggulan  - portofolio di...

Guru Bahasa Indonesia : WELCOME TO "GURU Bahasa Indonesia"

 WELCOME TO "GURU BAHASA INDONESIA" DO ANY THING FOR OUR PUPILS, OKAY?
DENGAN BERJEJARING GURU BAHASA INDONESIA AKAN MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARA
N





http://gurubahasaindonesiasmkn10mlg.blogspot.com/
https://www.facebook.com/pages/GURU-Bahasa-Indonesia



"